Penyakit Alergis dan Infeksi Meningkat


Senin, 14 April 2008 | 00:51 WIB
Jakarta, Kompas - Perubahan iklim dapat menjadi kendala pencapaian sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2009 seperti yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009. Fenomena perubahan iklim saat ini telah meningkatkan penyakit alergis dan infeksi.
Demikian dikatakan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari pada acara puncak Hari Kesehatan Sedunia 2008 di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Minggu (13/4). ”Perubahan suhu udara, kelembaban, dan kecepatan angin dapat meningkatkan populasi, memperluas penyebaran vektor, dan memperpanjang umur vektor sehingga bisa meningkatkan kasus penyakit menular,” ujarnya.

Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vektor, seperti malaria, demam berdarah dengue, pes, dan filariosis, sangat sensitif terhadap perubahan cuaca.

Perubahan iklim menyebabkan musim kemarau berkepanjangan sehingga air bersih semakin sulit didapat. Hal ini berdampak pada sanitasi dasar dan kondisi higienis masyarakat.

Dia mengatakan, peran sektor kesehatan dalam Rencana Aksi Nasional dalam menghadapi perubahan iklim antara lain dengan melakukan penyuluhan kesehatan untuk seluruh lapisan masyarakat, khususnya upaya perbaikan sanitasi lingkungan.

Selain itu, juga upaya memperkuat kesiapsiagaan sistem kesehatan, meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, serta mengembangkan sistem peringatan dini dan melaksanakan respons efektif akibat bencana dan kejadian luar biasa.

Tantangan akibat perubahan iklim harus ditangani bersama karena dampak perubahan iklim tidak hanya memengaruhi sektor kesehatan.

Perubahan iklim juga menyebabkan bencana banjir, tsunami, kekeringan, badai, tanah longsor, dan sebagainya, yang memengaruhi ketersediaan pangan dan ketersediaan air bersih. Kondisi ini menimbulkan masalah gizi dan menyebabkan masyarakat rentan terhadap penyakit.

Misalnya pada kasus penyakit diare yang sering menyebabkan kematian. Penyakit ini kerap berhubungan dengan ketersediaan air, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Alergis dan infeksi

Perubahan iklim memengaruhi pencemaran udara yang dapat menimbulkan reaksi alergis dan infeksi karena debu dan bahan kimia sebagai pengaruh cuaca atau polusi udara.

Hadir dalam acara tersebut, perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Stephan Paul Jost, dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie yang mengajak sekitar 5.000 orang dari berbagai organisasi untuk senam pagi bersama.

Kelompok/organisasi yang hadir antara lain Yayasan Jantung Sehat, Yayasan Kanker Indonesia, Pramuka, PKK DKI Jakarta, Dharma Wanita Departemen Kesehatan, Klub Senam Osteoporosis, dan mahasiswa Poltekkes. (LOK)

Source:Kompas

0 komentar: